Perang Dunia Ke 2 Terjadi Pada Kurun Waktu
Garis Waktu Peperangan
Gambaran mengenai proses menuju teater konflik Perang Dunia I memuat peristiwa, antara lain:
Sebuah upaya dari Otto von Bismarck, Kanselir Jerman (1871–1890), dalam membangun jaring diplomatik internasional sebagai desain dari permainan politiknya untuk mengamankan Jerman. Aliansi ini bertujuan untuk menghambat ekspansi dari Kekaisaran Rusia.
Selain itu, aliansi ini juga didirikan sebagai dukungan Jerman terhadap Austria yang sedang berseteru dengan Kekaisaran Rusia, yang tengah mengupayakan ekspansi di Balkan.
Jaring diplomatik Otto von Bismarck, yang elemen kuncinya terletak di Triple Alliance menghubungkan antara Jerman, Austro–Hongaria, dan Italia.
Tujuan utama dari pembentukan aliansi ini adalah untuk terus mengisolasi Prancis, yang dikalahkan oleh Konfederasi Jerman Utara (Kerajaan Prusia) pada 1870 dalam seri Perang Franco-Prussia. Kesediaan Italia bergabung karena ambisinya atas Mediterania dan Afrika yang dikonfrontasi oleh Prancis.
Perjanjian dilakukan antara Jerman dan Kekaisaran Rusia, yang isinya keduanya berjanji akan bersikap netral jika salah satu terlibat perang dengan salah satu kekuatan besar Eropa, yaitu Britania Raya dan Prancis.
Kehadirannya di atas singgasana pada 1888 telah mengubah situasi politik internasional secara drastis. Setelah dia memecat Otto von Bismarck pada 1890, Jerman mengeluarkan kebijakan internasional yang baru.
Hal ini terjadi bukan dikarenakan sang kaisar tergolong manusia haus darah yang selalu menginginkan perang. Namun, lebih kepada sikap inferiotasnya terhadap kekuasaan Britania Raya di kawasan kontinental sebagai penyangga keseimbangan kekuatan di Eropa.
Kaisar Wilhelm menjadikan Jerman sebagai raksasa ekonomi, militer, dan maritim di kawasan kontinental Eropa, sehingga dia harus berani membuat kebijakan Weltpolitik, yaitu suatu kebijakan yang lebih ambisius dan agresif dibandingkan kebijakan buatan Kanselir Bismarck.
Kebijakan itu pada akhirnya memicu reaksi defensif lebih cepat dari negara lain yang sebelumnya merasa terancam oleh kehadiran Jerman sebagai kekuatan baru di Eropa kontinental, yaitu Britania Raya. Selain itu, Britania Raya telah merancang skema lebih cepat untuk meruntuhkan Jerman melalui Perang Dunia I.
Kaisar Wilhelm II menolak memperbarui Perjanjian Reasuransi setelah memecat Bismarck. Hal ini dipandang sebagai blunder dalam diplomasi.
Kesalahan fatal ini pun membuat Jerman gagal mengisolasi Prancis, yang beraliansi dengan Kekisaran Rusia setelahnya. Satu-satunya harapan aliansi Jerman adalah Austro-Hongaria.
Kebijakan agresif Kaisar Wilhelm II memicu penandatanganan perjanjian militer yang dibangun sebagai kerja sama militer saling menguntungkan melawan Jerman, yang sudah diprediksi oleh Otto von Bismarck, yaitu antara Kekaisaran Rusia dan Republik Prancis.
Hal ini dikarenakan kebodohan Kaisar Wilhelm II yang enggan memperbarui Perjanjian Reasuransi dengan Kekaisaran Rusia, padahal Kekaisaran Rusia sudah menawarkan perpanjangan kontrak dengan Wilhelm II, yang dimungkinkan akan mengamankan Jerman di front timur.
Prancis lantas merespons dengan cepat. Aliansi ini praktis mengakhiri sistem diplomatik yang didesain oleh Bismarck. Prancis pun telah keluar dari zona isolasi yang dirancang oleh Jerman melalui Triple Alliance.
Suatu kebijakan yang diterapkan oleh Britania Raya sejak hasil Kongres Wina yang membangun era Pax Britannica sebagai satu-satunya penguasa jalur maritim dan berlangsung antara 1860–1904. Istilah ini populer tahun 1891.
Britania Raya adalah kekuatan nonaliansi Eropa satu-satunya yang mampu menikmati keamanan sebagai negara pemilik armada laut terbesar di dunia yang terlindungi oleh hegemoninya atas laut karena posisinya sebagai negara maritim.
Britania Raya dan Jepang menandatangani perjanjian bahwa Jepang akan bersikap netral untuk mengkonter adanya kemungkinan ancaman Kekaisaran Rusia terhadap India (wilayah protektorat Britania Raya). Peristiwa ini menandai berakhirnya masa splendid isolation.
Perlombaan senjata laut antara Britania Raya dan Jerman.
Berkat hegemoni ekonomi, laut, dan kolonial, Britania Raya sejak lama tidak membutuhkan aliansi dengan negara-negara kekuatan besar di kawasan Eropa kontinental, yaitu antara tahun 1860–1904.
Istilah yang sangat umum saat itu adalah kebijakan splendid isolation yang diperkenalkan oleh Viscount Goschen, seorang First Lord of Admiralty (1871–1874, 1895–1900).
Britania Raya sudah mandiri secara ekonomi dan militer lantaran hegemoninya telah menggenggam seperempat dunia. Namun, kebijakan internasional Jerman, Weltpolitik, merupakan tantangan besar yang memaksa Britania Raya mencari dukungan internasional untuk mengukuhkan hegemoninya melalui perjanjian.
Selanjutnya, setelah menyelesaikan perselisihan terkait koloni dalam Insiden Fashoda yang memperebutkan Mesir dan Sudan (kawasan Sungai Nil), keduanya setuju menandatangani Entente Cordiale, yang mengawali periode aliansi Britania Raya–Prancis melawan agresi Jerman pada waktu mendatang (melalui propaganda Entente).
Prancis menerima hak penguasaan Britania Raya atas Sudan, sementara Britania Raya mengakui kontrol Prancis atas Maroko. Inisiasi Entente Cordiale dilakukan lantaran Britania Raya sudah mulai terancam hegemoninya di laut karena Jerman sudah mulai membangun armada laut.
Konflik ini dikenal dengan istilah Anglo-German Naval Arms Race (Perlombaan Armada Laut Britania Raya–Jerman).
Saat mengunjungi Tangier, Maroko, Kaisar Wilhelm II, menyatakan menentang kolonisasi Prancis di Maroko. Jerman kemudian mendesak kemerdekaan Maroko dari Prancis. Sementara itu, Britania Raya dan Italia mendukung dominasi Prancis di Maroko dan Tunisia.
Tantangan Jerman ini memicu diadakannya Konferensi Algeciras (1906) yang didukung oleh Britania Raya. Jerman di dalam konferensi ini terisolasi, sedangkan Prancis mendapatkan dukungan penuh dari Britania Raya. Entente Cordiale pun ada gunanya.
Pandangan Jerman yang mengintervensi kemerdekaan Maroko, yang notabene koloni Prancis, inilah yang membuat Britania Raya, Kekaisaran Rusia, dan Amerika Serikat memandang Jerman sebagai ancaman yang berpotensi menaklukkan Eropa.
Jika tidak segera diatasi dengan taktik diplomatik berupa encirclement (pengepungan untuk mengisolasi), Jerman mampu menjadi penguasa dunia.
Britania Raya dan Kekaisaran Rusia akhirnya menyepakati untuk menyudahi konflik teritorial mereka di kawasan Balkan dan Asia Tengah di bawah tekanan Prancis sebagai mediator. Perjanjian ini nantinya yang mengikat sempurna tiga kekuatan Eropa untuk menjalin satu kekuatan sebagai Triple Entente melawan Jerman dan Triple Alliance-nya.
Blok negara besar hegemoni Eropa ini nantinya lebih dikenal sebagai Allied Force (Blok Sekutu). Perjanjian ini ditandatangani di Paris.
Dengan memanfaatkan situasi yang sulit di dalam negeri Kekaisaran Turki Ottoman, serta banyaknya wilayah protektoratnya yang melepaskan diri satu per satu dan memerdekakan diri sebagai negara otonom, Austro-Hongaria menganeksasi Bosnia-Herzegovina.
Dikarenakan Jerman mendukung sekutunya, Kekaisaran Rusia terpaksa menyerah terhadap agresi Austro-Hongaria, serta tidak mau mengambil risiko dengan mundur dari tantangan yang dilayangkan oleh Austro-Hongaria.
Pada waktu itu, Britania Raya maupun Prancis di sisi lain tidak ada yang berniat mendukung Kekaisaran Rusia lantaran memungkinkan gerakan mereka akanmemicu konflik di kawasan Balkan, terlebih jika Kekaisaran Turki-Ottoman terprovokasi.
Ini adalah krisis internasional kedua yang terjadi di Maroko. Dengan mengirim kapal perang ke pelabuhan Agadir di Maroko, Jerman telah memicu krisis diplomatik, meskipun pada akhirnya dibuat perjanjian diplomatik yang mengakhiri krisis tersebut. Namun, Insiden Agadir ini telah menyulut konfrontasi antara Prancis dengan Jerman.
Dua Perang Balkan berturut-berturut yang melibatkan Turki Ottoman, Serbia, Yunani, Montenegro, dan Bulgaria berakhir dengan Perjanjian Bucharest tahun 1913. Perang itu menyebabkan pergeseran situasi di kawasan Balkan.
Wilayah Turki-Ottoman di Balkan pun semakin menyempit, sehingga disisihkan menjadi daerah kecil di sekitar Istanbul. Serbia (sekutu Kekaisaran Rusia dan pembela hak bangsa Slavia di wilayah Kekaisaran Austro-Hongaria) dilebur sebagai negara utama bangsa Slavia di kawasan itu.
Austro-Hongaria pun berkesimpulan bahwa pilihannya hanyalah perang yang mampu mencegah Serbia sebagai garda pemangku hak-hak rakyat Slavia untuk memberontak melawan hegemoni Kekaisaran Hansburg dari Austro-Hongaria, yang mendapat dukungan penuh dari bangsa Slavia raksasa, Kekaisaran Rusia.
Sebabnya, Kekaisaran Rusia akan mengintervensi tindakan Austro-Hongaria apabila menyerang Serbia. Kekaisaran Austro-Hongaria pun menunggu momen yang tepat agar bisa memicu perang antara Austro-Hongaria dan Kerajaan Serbia.
Pada 28 Juni 1914, Adipati Agung (Archduke) Franz Ferdinand, pewaris takhta Kekaisaran Austro-Hongaria, dibunuh seorang nasionalis Bosnia-Serbia dari organisasi teroris-nasionalis Serbia The Black Hand, bernama Gavrilo Princip.
Aksi yang dilakukan pemuda berusia 19 tahun ini berakibat fatal hingga memicu perang global. Desain buatan Raja Edward VII pun berjalan. Jalinan aliansi negara-negara super power Eropa telah menjalankan fungsi komitmennya sebagai konsekuensi diplomatik yang membawa insiden lokal ini menuju konflik global di Eropa dan dunia.
Sementara itu garis waktu dalam konflik awal tahun 1914 adalah sebagai berikut.
Garis Waktu Peperangan
Gambaran mengenai proses menuju teater konflik Perang Dunia I memuat peristiwa, antara lain:
Sebuah upaya dari Otto von Bismarck, Kanselir Jerman (1871–1890), dalam membangun jaring diplomatik internasional sebagai desain dari permainan politiknya untuk mengamankan Jerman. Aliansi ini bertujuan untuk menghambat ekspansi dari Kekaisaran Rusia.
Selain itu, aliansi ini juga didirikan sebagai dukungan Jerman terhadap Austria yang sedang berseteru dengan Kekaisaran Rusia, yang tengah mengupayakan ekspansi di Balkan.
Jaring diplomatik Otto von Bismarck, yang elemen kuncinya terletak di Triple Alliance menghubungkan antara Jerman, Austro–Hongaria, dan Italia.
Tujuan utama dari pembentukan aliansi ini adalah untuk terus mengisolasi Prancis, yang dikalahkan oleh Konfederasi Jerman Utara (Kerajaan Prusia) pada 1870 dalam seri Perang Franco-Prussia. Kesediaan Italia bergabung karena ambisinya atas Mediterania dan Afrika yang dikonfrontasi oleh Prancis.
Perjanjian dilakukan antara Jerman dan Kekaisaran Rusia, yang isinya keduanya berjanji akan bersikap netral jika salah satu terlibat perang dengan salah satu kekuatan besar Eropa, yaitu Britania Raya dan Prancis.
Kehadirannya di atas singgasana pada 1888 telah mengubah situasi politik internasional secara drastis. Setelah dia memecat Otto von Bismarck pada 1890, Jerman mengeluarkan kebijakan internasional yang baru.
Hal ini terjadi bukan dikarenakan sang kaisar tergolong manusia haus darah yang selalu menginginkan perang. Namun, lebih kepada sikap inferiotasnya terhadap kekuasaan Britania Raya di kawasan kontinental sebagai penyangga keseimbangan kekuatan di Eropa.
Kaisar Wilhelm menjadikan Jerman sebagai raksasa ekonomi, militer, dan maritim di kawasan kontinental Eropa, sehingga dia harus berani membuat kebijakan Weltpolitik, yaitu suatu kebijakan yang lebih ambisius dan agresif dibandingkan kebijakan buatan Kanselir Bismarck.
Kebijakan itu pada akhirnya memicu reaksi defensif lebih cepat dari negara lain yang sebelumnya merasa terancam oleh kehadiran Jerman sebagai kekuatan baru di Eropa kontinental, yaitu Britania Raya. Selain itu, Britania Raya telah merancang skema lebih cepat untuk meruntuhkan Jerman melalui Perang Dunia I.
Kaisar Wilhelm II menolak memperbarui Perjanjian Reasuransi setelah memecat Bismarck. Hal ini dipandang sebagai blunder dalam diplomasi.
Kesalahan fatal ini pun membuat Jerman gagal mengisolasi Prancis, yang beraliansi dengan Kekisaran Rusia setelahnya. Satu-satunya harapan aliansi Jerman adalah Austro-Hongaria.
Kebijakan agresif Kaisar Wilhelm II memicu penandatanganan perjanjian militer yang dibangun sebagai kerja sama militer saling menguntungkan melawan Jerman, yang sudah diprediksi oleh Otto von Bismarck, yaitu antara Kekaisaran Rusia dan Republik Prancis.
Hal ini dikarenakan kebodohan Kaisar Wilhelm II yang enggan memperbarui Perjanjian Reasuransi dengan Kekaisaran Rusia, padahal Kekaisaran Rusia sudah menawarkan perpanjangan kontrak dengan Wilhelm II, yang dimungkinkan akan mengamankan Jerman di front timur.
Prancis lantas merespons dengan cepat. Aliansi ini praktis mengakhiri sistem diplomatik yang didesain oleh Bismarck. Prancis pun telah keluar dari zona isolasi yang dirancang oleh Jerman melalui Triple Alliance.
Suatu kebijakan yang diterapkan oleh Britania Raya sejak hasil Kongres Wina yang membangun era Pax Britannica sebagai satu-satunya penguasa jalur maritim dan berlangsung antara 1860–1904. Istilah ini populer tahun 1891.
Britania Raya adalah kekuatan nonaliansi Eropa satu-satunya yang mampu menikmati keamanan sebagai negara pemilik armada laut terbesar di dunia yang terlindungi oleh hegemoninya atas laut karena posisinya sebagai negara maritim.
Britania Raya dan Jepang menandatangani perjanjian bahwa Jepang akan bersikap netral untuk mengkonter adanya kemungkinan ancaman Kekaisaran Rusia terhadap India (wilayah protektorat Britania Raya). Peristiwa ini menandai berakhirnya masa splendid isolation.
Perlombaan senjata laut antara Britania Raya dan Jerman.
Berkat hegemoni ekonomi, laut, dan kolonial, Britania Raya sejak lama tidak membutuhkan aliansi dengan negara-negara kekuatan besar di kawasan Eropa kontinental, yaitu antara tahun 1860–1904.
Istilah yang sangat umum saat itu adalah kebijakan splendid isolation yang diperkenalkan oleh Viscount Goschen, seorang First Lord of Admiralty (1871–1874, 1895–1900).
Britania Raya sudah mandiri secara ekonomi dan militer lantaran hegemoninya telah menggenggam seperempat dunia. Namun, kebijakan internasional Jerman, Weltpolitik, merupakan tantangan besar yang memaksa Britania Raya mencari dukungan internasional untuk mengukuhkan hegemoninya melalui perjanjian.
Selanjutnya, setelah menyelesaikan perselisihan terkait koloni dalam Insiden Fashoda yang memperebutkan Mesir dan Sudan (kawasan Sungai Nil), keduanya setuju menandatangani Entente Cordiale, yang mengawali periode aliansi Britania Raya–Prancis melawan agresi Jerman pada waktu mendatang (melalui propaganda Entente).
Prancis menerima hak penguasaan Britania Raya atas Sudan, sementara Britania Raya mengakui kontrol Prancis atas Maroko. Inisiasi Entente Cordiale dilakukan lantaran Britania Raya sudah mulai terancam hegemoninya di laut karena Jerman sudah mulai membangun armada laut.
Konflik ini dikenal dengan istilah Anglo-German Naval Arms Race (Perlombaan Armada Laut Britania Raya–Jerman).
Saat mengunjungi Tangier, Maroko, Kaisar Wilhelm II, menyatakan menentang kolonisasi Prancis di Maroko. Jerman kemudian mendesak kemerdekaan Maroko dari Prancis. Sementara itu, Britania Raya dan Italia mendukung dominasi Prancis di Maroko dan Tunisia.
Tantangan Jerman ini memicu diadakannya Konferensi Algeciras (1906) yang didukung oleh Britania Raya. Jerman di dalam konferensi ini terisolasi, sedangkan Prancis mendapatkan dukungan penuh dari Britania Raya. Entente Cordiale pun ada gunanya.
Pandangan Jerman yang mengintervensi kemerdekaan Maroko, yang notabene koloni Prancis, inilah yang membuat Britania Raya, Kekaisaran Rusia, dan Amerika Serikat memandang Jerman sebagai ancaman yang berpotensi menaklukkan Eropa.
Jika tidak segera diatasi dengan taktik diplomatik berupa encirclement (pengepungan untuk mengisolasi), Jerman mampu menjadi penguasa dunia.
Britania Raya dan Kekaisaran Rusia akhirnya menyepakati untuk menyudahi konflik teritorial mereka di kawasan Balkan dan Asia Tengah di bawah tekanan Prancis sebagai mediator. Perjanjian ini nantinya yang mengikat sempurna tiga kekuatan Eropa untuk menjalin satu kekuatan sebagai Triple Entente melawan Jerman dan Triple Alliance-nya.
Blok negara besar hegemoni Eropa ini nantinya lebih dikenal sebagai Allied Force (Blok Sekutu). Perjanjian ini ditandatangani di Paris.
Dengan memanfaatkan situasi yang sulit di dalam negeri Kekaisaran Turki Ottoman, serta banyaknya wilayah protektoratnya yang melepaskan diri satu per satu dan memerdekakan diri sebagai negara otonom, Austro-Hongaria menganeksasi Bosnia-Herzegovina.
Dikarenakan Jerman mendukung sekutunya, Kekaisaran Rusia terpaksa menyerah terhadap agresi Austro-Hongaria, serta tidak mau mengambil risiko dengan mundur dari tantangan yang dilayangkan oleh Austro-Hongaria.
Pada waktu itu, Britania Raya maupun Prancis di sisi lain tidak ada yang berniat mendukung Kekaisaran Rusia lantaran memungkinkan gerakan mereka akanmemicu konflik di kawasan Balkan, terlebih jika Kekaisaran Turki-Ottoman terprovokasi.
Ini adalah krisis internasional kedua yang terjadi di Maroko. Dengan mengirim kapal perang ke pelabuhan Agadir di Maroko, Jerman telah memicu krisis diplomatik, meskipun pada akhirnya dibuat perjanjian diplomatik yang mengakhiri krisis tersebut. Namun, Insiden Agadir ini telah menyulut konfrontasi antara Prancis dengan Jerman.
Dua Perang Balkan berturut-berturut yang melibatkan Turki Ottoman, Serbia, Yunani, Montenegro, dan Bulgaria berakhir dengan Perjanjian Bucharest tahun 1913. Perang itu menyebabkan pergeseran situasi di kawasan Balkan.
Wilayah Turki-Ottoman di Balkan pun semakin menyempit, sehingga disisihkan menjadi daerah kecil di sekitar Istanbul. Serbia (sekutu Kekaisaran Rusia dan pembela hak bangsa Slavia di wilayah Kekaisaran Austro-Hongaria) dilebur sebagai negara utama bangsa Slavia di kawasan itu.
Austro-Hongaria pun berkesimpulan bahwa pilihannya hanyalah perang yang mampu mencegah Serbia sebagai garda pemangku hak-hak rakyat Slavia untuk memberontak melawan hegemoni Kekaisaran Hansburg dari Austro-Hongaria, yang mendapat dukungan penuh dari bangsa Slavia raksasa, Kekaisaran Rusia.
Sebabnya, Kekaisaran Rusia akan mengintervensi tindakan Austro-Hongaria apabila menyerang Serbia. Kekaisaran Austro-Hongaria pun menunggu momen yang tepat agar bisa memicu perang antara Austro-Hongaria dan Kerajaan Serbia.
Pada 28 Juni 1914, Adipati Agung (Archduke) Franz Ferdinand, pewaris takhta Kekaisaran Austro-Hongaria, dibunuh seorang nasionalis Bosnia-Serbia dari organisasi teroris-nasionalis Serbia The Black Hand, bernama Gavrilo Princip.
Aksi yang dilakukan pemuda berusia 19 tahun ini berakibat fatal hingga memicu perang global. Desain buatan Raja Edward VII pun berjalan. Jalinan aliansi negara-negara super power Eropa telah menjalankan fungsi komitmennya sebagai konsekuensi diplomatik yang membawa insiden lokal ini menuju konflik global di Eropa dan dunia.
Sementara itu garis waktu dalam konflik awal tahun 1914 adalah sebagai berikut.
Tempat Teraman saat PD 3 Terjadi
Karena sifat konflik global yang meluas, hanya sedikit tempat yang akan sepenuhnya aman, terutama jika konflik yang berlarut-larut mendorong negara-negara besar untuk mulai memperebutkan sumber daya, seperti minyak Venezuela atau logam mulia yang ditemukan di beberapa bagian Afrika.
Baik Montgomery dan Anderson sepakat bahwa meski tidak benar-benar aman, tempat yang lebih aman akan tetap berada di lokasi di seluruh belahan Bumi Selatan. Namun, Anderson melangkah lebih jauh dan menyarankan bahwa menjauh dari instalasi militer dan target infrastruktur utama, seperti kota-kota besar, akan menjadi strategi terbaik.
"Jika terjadi PD 3, seseorang akan lebih aman di pedesaan Oklahoma daripada di dan sekitar Kota New York," ujarnya, sambil mencatat bahwa beberapa lokasi di Mountain West yang mungkin tampak terlindungi juga menjadi lokasi instalasi militer penting yang strategis seperti bunker nuklir.
"Tentu saja ada banyak pegunungan dan daerah pedesaan yang akan lebih aman daripada berdekatan dengan pangkalan militer besar atau infrastruktur utama di AS, yang umumnya melibatkan kota-kota," ujarnya.
Bagian yang paling rapuh dari kemungkinan terjadinya PD 3 adalah potensi konflik yang meningkat menjadi ledakan nuklir. Pasalnya, kepercayaan umum adalah bahwa PD 3 akan memerlukan konflik nuklir dan melibatkan tiga raksasa senjata berbahaya itu yakni AS, Rusia, dan China.
Namun kedua ahli menyarankan bahwa senjata nuklir tidak akan langsung digunakan. Bahkan jika digunakan, kemungkinan besar akan melibatkan senjata taktis yang akan membatasi dampaknya.
Para ahli menunjuk pada ancaman Rusia yang berulang untuk menggunakan senjata nuklir tetapi enggan mengambil langkah-langkah untuk benar-benar mengerahkan senjata itu. Mereka berpendapat bahwa Moskow memahami itu sebagai garis merah peperangan.
"Dalam konteks PD 3, senjata nuklir mungkin akan berada pada tahap akhir, [digunakan] oleh negara-negara yang merasa putus asa, yang merasa keberadaan mereka terancam dan mereka tidak punya pilihan lain," tutur Anderson.
Montgomery menambahkan bahwa setiap potensi penggunaan senjata nuklir AS kemungkinan akan terjadi sebagai 'respons' daripada serangan pertama.
"Saya hanya tidak berpikir kami akan menjadi yang pertama. Lalu muncul pertanyaan, kapan China atau Rusia akan menggunakannya lagi? Vladimir Putin telah menunjukkan pengambilan risiko paling besar dari semua pemimpin yang telah kita sebutkan," pungkasnya.
Saksikan video di bawah ini:
Penyebab Perang Dunia I
Perang Dunia I terjadi di Eropa mulai tahun 1914 dan berakhir pada 1918. Salah satu faktor utama yang menyebabkan peperangan negara-negara Barat ini dipicu oleh persaingan industri dan militer antara Jerman dengan Britania Raya.
Negara-negara yang kemudian merasakan memerlukan teman ketika berhadapan dengan musuh akhirnya membangun kubu-kubu (aliansi). Saat itu, ada dua kubu yang saling berhadapan, yaitu Triple Alliance dan Triple Entent.
Perang Dunia I akhirnya meledak ketika putra mahkota Austro-Hongaria, Franz Ferdinand, terbunuh. Hal ini menyebabkan pihak Austro-Hongaria bersama Triple Alliance melakukan serangan terhadap Prancis. Dalang di balik peristiwa tersebut diduga dimotori oleh Serbia.
Britania Raya yang berusaha mendamaikan melalui dialog ternyata kalah suara dari Jerman, sedangkan Austro-Hongaria di pihak lain ingin berperang. Jerman bersama Austro-Hongaria melancarkan serangan ke Belgia yang terikat perjanjian dengan Prancis dan Britania Raya.
Hal ini memicu Prancis dan Britania Raya akhirnya harus mau ikut serta dalam perang. Pada 1915, Italia membelot ke Triple Entente dan meninggalkan Triple Alliance karena dijanjikan mendapat wilayah Dalmatia yang saat itu diduduki oleh Austro-Hongaria.
Setelah itu, Turki Usmani memutuskan untuk bergabung bersama Triple Alliance karena merasa mempunyai musuh yang sama, yaitu Kekaisaran Rusia. Dengan demikian, Perang Dunia I melibatkan dua kubu aliansi, yaitu Triple Alliance yang dimotori oleh Jerman, Austro-Hongaria, Turki Usmani, dan Bulgaria, melawan Triple Entente yang dimotori oleh Britania Raya, Kekaisaran Rusia, Prancis, Italia, dan beberapa negara lainnya.
Perang ini akhirnya meluas hingga melibatkan Amerika Serikat. Amerika mengecam tragedi tenggelamnya Kapal Lusitania pada 1915 yang di dalamnya terdapat warga negaranya. Kapal tersebut ternyata tenggelam akibat ulah serangan Jerman.
Amerika akhirnya ikut turun ke peperangan dengan merapat ke Triple Entente. Kekaisaran Rusia ternyata memilih menarik diri di tengah peperangan, tepatnya pada 1917. Penarikan diri ini disebabkan oleh situasi negaranya yang tidak kondusif.
Pada 1918, muncul Perjanjian Brest-Litovsk yang isinya menyatakan bahwa Kekaisaran Rusia lepas tangan dari Perang Dunia I. Selanjutnya, terjadi “Serangan Seratus Hari” pada 1918 yang diluncurkan kubu Triple Entente. Garis pertahanan Jerman di Front Barat mendapatkan serangan hebat.
Jerman pun akhirnya menyerah. Pernyataan kekalahan itu akhirnya diikuti oleh negara-negara lain yang tergabung di Triple Alliance. Bulgaria, Turki Usmani, dan Austro-Hongaria secara bergiliran akhirnya mengibarkan bendera putih. Perang Dunia I pun resmi berhenti pada 11 November 1918.
Negara-Negara yang Terlibat Perang Dunia 1
Secara garis besar, kontes Perang Dunia I diikuti oleh negara-negara besar Eropa yang masuk dalam aliansi blok Triple Entente dan Triple Alliance.
Triple Entente merupakan skema Britania Raya untuk menghadapi kekuatan baru yang dibangun oleh Kaisar Wilhelm II dari Jerman, sampai-sampai Britania Raya rela melepaskan gengsinya dengan mengadakan penandatanganan Entente (ikatan nonaliansi), mengakhiri fase splendid isolation karena ketakutan menghadapi geliat Jerman.
Jerman saat itu semakin meraksasa di kawasan Eropa kontinental dan mengancam kedudukannya sebagai penyangga balance of power, serta hegemoni koloni dunia.
Entente dari Britania Raya adalah Prancis, meskipun keduanya sempat bersitegang dalam Insiden Fashoda, yang menjadi taktik diplomatis dengan memanfaatkan kemarahan Prancis. Hal ini dikarenakan wilayah Alsace-Lorraine dianeksasi ke dalam wilayah Kekaisaran Jerman, pasca German Unification (Penyatuan Konfederasi Jerman Utara dan Selatan). sebagai hasil Perjanjian Frankfurt karena Prancis kalah perang dalam seri Perang Franco-Prussia 1871.
Sementara Entente Britania Raya dengan Kekaisaran Rusia merupakan “permainan cantik” dari Britania Raya setelah mengetahui bahwa Kekaisaran Wilhelm II telah memecat sang arsitek diplomatik Jerman, Kanselir Otto von Bismarck, serta menolak memperbarui Perjanjian Reasuransi yang telah ditandangani sebelumnya.
Jerman malah memperbarui perjanjian aliansi Triple Alliance. Pengganti Otto di sisi lain juga kurang cakap dan sang kaisar memiliki tempramen tidak jelas: antara humanis, haus darah, atau bodoh akibat inferioritasnya atas hegemoni Britania Raya sebelumnya di Eropa.
Kaisar Wilhelm II juga menerapkan kebijakan Weltpolitik yang semakin memicu aksi gerak cepat Britania Raya meruntuhkan berbagai kemungkinan terbangunnya koalisi negara besar Eropa manapun dengan Jerman.
Kekaisaran Rusia memang sempat bersitegang dengan Britania Raya perihal Balkan, yaitu ketika hendak membuka jalur Selat Dardanelles yang mengancam kepentingan kolonial Britania Raya di wilayah Timur-Tengah. Namun, akhirnya atas desakan Prancis dan berbagai pertimbangan lain (termasuk kedekatan Jerman dengan Austro-Hongaria yang menjadi musuh Kekaisaran Rusia), Kekaisaran Rusia menerima bergabung dengan Britania Raya.
Triple Alliance di sisi lain merupakan proses panjang aliansi yang berawal dari aliansi Holy Alliance antara Kekaisaran Rusia, Prusia, dan Austria yang ditandatangani di Paris pada 26 September 1815, pasca jatuhnya Kekaisaran Prancis Pertama atau berakhirnya Perang Napoleon.
Nah, itulah penjelasan singkat mengenai Sejarah Perang Dunia I. Grameds dapat mengunjungi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com untuk memperoleh referensi tentang peristiwa tersebut.
Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mempelajari tentang Sejarah Perang Dunia I agar dapat mempelajarinya secara penuh. Selamat membaca.
Temukan hal menarik lainnya di www.gramedia.com. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds.
Penulis: Fandy Aprianto Rohman
Sejarah Perang Dunia I – Sahabat Grameds sekalian pasti mengetahui tentang Perang Dunia I. Namun, tahukah sahabat-sahabat sekalian jika peristiwa tersebut menjadi tonggak sejarah bagi dunia?
Perang Dunia I merupakan peperangan global yang terpusat di Eropa dan dimulai pada 28 Juli 1914 sampai dengan 11 November 1918. Perang ini sering juga disebut dengan Perang Besar karena berakhir sampai dengan dimulainya Perang Dunia II.
Perang itu melibatkan semua kekuatan besar dunia, yang terbagi menjadi dua aliansi bertentangan, yaitu Blok Sekutu (berdasarkan Triple Entente, terdiri atas Britania Raya, Prancis, dan Kekaisaran Rusia) dan Blok Sentral (berdasarkan Triple Alliance, terdiri atas Jerman, Austro-Hongaria, dan Italia).
Namun, ketika Austrio-Hongaria melakukan serangan, persekutuan ini sementara bersifat defensif, Italia tidak ikut berperang).
Berikut penjelasannya mengenai penyebab, garis waktu dan negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia I.
Video: Rusia Teken Dekrit Penggunaan Senjata Nuklir, Bisa Serang AS
Sejarah Perang Dunia I – Sahabat Grameds sekalian pasti mengetahui tentang Perang Dunia I. Namun, tahukah sahabat-sahabat sekalian jika peristiwa tersebut menjadi tonggak sejarah bagi dunia?
Perang Dunia I merupakan peperangan global yang terpusat di Eropa dan dimulai pada 28 Juli 1914 sampai dengan 11 November 1918. Perang ini sering juga disebut dengan Perang Besar karena berakhir sampai dengan dimulainya Perang Dunia II.
Perang itu melibatkan semua kekuatan besar dunia, yang terbagi menjadi dua aliansi bertentangan, yaitu Blok Sekutu (berdasarkan Triple Entente, terdiri atas Britania Raya, Prancis, dan Kekaisaran Rusia) dan Blok Sentral (berdasarkan Triple Alliance, terdiri atas Jerman, Austro-Hongaria, dan Italia).
Namun, ketika Austrio-Hongaria melakukan serangan, persekutuan ini sementara bersifat defensif, Italia tidak ikut berperang).
Berikut penjelasannya mengenai penyebab, garis waktu dan negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia I.
Negara-Negara yang Terlibat Perang Dunia 1
Secara garis besar, kontes Perang Dunia I diikuti oleh negara-negara besar Eropa yang masuk dalam aliansi blok Triple Entente dan Triple Alliance.
Triple Entente merupakan skema Britania Raya untuk menghadapi kekuatan baru yang dibangun oleh Kaisar Wilhelm II dari Jerman, sampai-sampai Britania Raya rela melepaskan gengsinya dengan mengadakan penandatanganan Entente (ikatan nonaliansi), mengakhiri fase splendid isolation karena ketakutan menghadapi geliat Jerman.
Jerman saat itu semakin meraksasa di kawasan Eropa kontinental dan mengancam kedudukannya sebagai penyangga balance of power, serta hegemoni koloni dunia.
Entente dari Britania Raya adalah Prancis, meskipun keduanya sempat bersitegang dalam Insiden Fashoda, yang menjadi taktik diplomatis dengan memanfaatkan kemarahan Prancis. Hal ini dikarenakan wilayah Alsace-Lorraine dianeksasi ke dalam wilayah Kekaisaran Jerman, pasca German Unification (Penyatuan Konfederasi Jerman Utara dan Selatan). sebagai hasil Perjanjian Frankfurt karena Prancis kalah perang dalam seri Perang Franco-Prussia 1871.
Sementara Entente Britania Raya dengan Kekaisaran Rusia merupakan “permainan cantik” dari Britania Raya setelah mengetahui bahwa Kekaisaran Wilhelm II telah memecat sang arsitek diplomatik Jerman, Kanselir Otto von Bismarck, serta menolak memperbarui Perjanjian Reasuransi yang telah ditandangani sebelumnya.
Jerman malah memperbarui perjanjian aliansi Triple Alliance. Pengganti Otto di sisi lain juga kurang cakap dan sang kaisar memiliki tempramen tidak jelas: antara humanis, haus darah, atau bodoh akibat inferioritasnya atas hegemoni Britania Raya sebelumnya di Eropa.
Kaisar Wilhelm II juga menerapkan kebijakan Weltpolitik yang semakin memicu aksi gerak cepat Britania Raya meruntuhkan berbagai kemungkinan terbangunnya koalisi negara besar Eropa manapun dengan Jerman.
Kekaisaran Rusia memang sempat bersitegang dengan Britania Raya perihal Balkan, yaitu ketika hendak membuka jalur Selat Dardanelles yang mengancam kepentingan kolonial Britania Raya di wilayah Timur-Tengah. Namun, akhirnya atas desakan Prancis dan berbagai pertimbangan lain (termasuk kedekatan Jerman dengan Austro-Hongaria yang menjadi musuh Kekaisaran Rusia), Kekaisaran Rusia menerima bergabung dengan Britania Raya.
Triple Alliance di sisi lain merupakan proses panjang aliansi yang berawal dari aliansi Holy Alliance antara Kekaisaran Rusia, Prusia, dan Austria yang ditandatangani di Paris pada 26 September 1815, pasca jatuhnya Kekaisaran Prancis Pertama atau berakhirnya Perang Napoleon.
Nah, itulah penjelasan singkat mengenai Sejarah Perang Dunia I. Grameds dapat mengunjungi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com untuk memperoleh referensi tentang peristiwa tersebut.
Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mempelajari tentang Sejarah Perang Dunia I agar dapat mempelajarinya secara penuh. Selamat membaca.
Temukan hal menarik lainnya di www.gramedia.com. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds.
Penulis: Fandy Aprianto Rohman
Negara yang Terlibat
Salah satu poin kesepakatan dan perhatian yang konsisten di antara para ahli strategi adalah bahwa konflik apa pun kemungkinan akan melibatkan kerja sama antara poros di luar negara Barat dan sekutu, yang meliputi Rusia, China, Korea Utara, dan Iran.
Beijing, Pyongyang, dan Teheran telah menunjukkan kerja sama mereka dalam mendukung Rusia dengan invasinya ke Ukraina. Korea Utara bahkan telah mengerahkan pasukan ke garis depan setelah memasok amunisi ke Moskow karena persediaannya menyusut setelah dua tahun pertempuran sengit.
Iran juga telah memasok Rusia dengan pesawat nirawak. China pun telah membeli energi Rusia untuk menjaga ekonominya agar tidak runtuh akibat sanksi Barat.
Rusia dan China juga merupakan anggota dari dua kelompok perdagangan, blok ekonomi BRICS dan Organisasi Kerjasama Shanghai, yang telah meningkatkan hubungan ekonomi antara kedua negara meski ada sanksi Barat
"Ukraina tidak berperang melawan satu negara. Ukraina berperang melawan empat negara: Mereka berperang melawan (pesawat nirawak) Iran setiap malam. Mereka berperang melawan artileri Korea Utara, ada pasukan Korea Utara, dan itu tampaknya menjadi kesepakatan terbesar," ungkap Montgomery.
"Baik Iran maupun Korea Utara memberikan sejumlah rudal balistik atau suku cadang rudal balistik, dan China sepenuhnya mendukung ekonomi Rusia, sehingga ekonomi Rusia masih berjalan lancar, menguras sumber daya alam, minyak dan gas alam, serta menghabiskan 40% dana pemerintah untuk Kementerian Pertahanan," tambahnya.
Bagaimana Perang Dunia 3 Bisa Mulai?
Setiap konflik besar dapat dipicu karena ketegangan regional atas sejumlah topik yang menjadi titik api, yang paling utama adalah kekhawatiran bahwa China pada akhirnya akan melakukan invasi ke Taiwan, Rusia dapat memperluas ambisinya di luar Ukraina, atau bahwa Korea Utara atau Iran memulai konflik dengan pesaing regional.
Anderson menyoroti negara-negara Baltik atau Polandia sebagai titik api potensial yang dapat dipicu pertentangan Rusia dengan NATO. Hal ini pun dapat secara efektif memperpanjang konflik Ukraina sekaligus memperluas cakupannya menjadi perang 'panas' global yang sesungguhnya.
Sementara Timur Tengah telah mengalami kekacauan yang jauh lebih besar terkait Israel dan milisi Palestina Hamas dan perang di Suriah, Anderson tetap waspada bahwa tindakan Israel dapat menyebabkan konflik regional yang lebih luas.
"Saya tidak berpikir Israel akan sembrono itu," kata Anderson. "Saya pikir mereka benar-benar dibenarkan dalam menanggapi serangan rudal Iran seperti yang mereka lakukan di luar itu, saya tidak melihat bahaya besar dalam kasus khusus itu."
"Demikian pula, di Indo Pasifik, saya pikir para pemimpin di Taipei cukup cerdik untuk tidak melakukan sesuatu seperti tiba-tiba mendeklarasikan kemerdekaan mereka, yang akan menjadi garis merah bagi China," tambahnya.
Montgomery, pensiunan laksamana muda, setuju bahwa Rusia akan menjadi pemicu yang paling mungkin untuk perang yang lebih luas. Ia mencatat bahwa Moskow memiliki andil dalam konflik yang lebih kecil di negara-negara seperti Georgia dan Serbia.
"Dia (Presiden Rusia Vladimir Putin) telah mendorong batas dengan Serbia dan Bosnia dan Republik Srpska (bagian Serbia dari Bosnia), mendorong keras untuk konflik di sana," kata Montgomery.
"Dia juga menekan keras Georgia dan menekan partai yang berkuasa di Georgia untuk melepaskan semakin banyak identitas UE-nya, sampai pada titik di mana dalam minggu terakhir, mereka telah mengumumkan bahwa mereka tidak lagi mengejar UE selama empat tahun lagi," jelasnya.
Montgomery kemudian menyebut Iran sebagai titik nyala kedua yang paling mungkin, dengan mengutip berbagai kelompok proksi dan kelompok militan yang dipersenjatai Iran, seperti Hamas, Hizbullah, dan Houthi, selain keinginan baru Teheran untuk melakukan serangan langsung terhadap Israel.
Penyebab Perang Dunia I
Perang Dunia I terjadi di Eropa mulai tahun 1914 dan berakhir pada 1918. Salah satu faktor utama yang menyebabkan peperangan negara-negara Barat ini dipicu oleh persaingan industri dan militer antara Jerman dengan Britania Raya.
Negara-negara yang kemudian merasakan memerlukan teman ketika berhadapan dengan musuh akhirnya membangun kubu-kubu (aliansi). Saat itu, ada dua kubu yang saling berhadapan, yaitu Triple Alliance dan Triple Entent.
Perang Dunia I akhirnya meledak ketika putra mahkota Austro-Hongaria, Franz Ferdinand, terbunuh. Hal ini menyebabkan pihak Austro-Hongaria bersama Triple Alliance melakukan serangan terhadap Prancis. Dalang di balik peristiwa tersebut diduga dimotori oleh Serbia.
Britania Raya yang berusaha mendamaikan melalui dialog ternyata kalah suara dari Jerman, sedangkan Austro-Hongaria di pihak lain ingin berperang. Jerman bersama Austro-Hongaria melancarkan serangan ke Belgia yang terikat perjanjian dengan Prancis dan Britania Raya.
Hal ini memicu Prancis dan Britania Raya akhirnya harus mau ikut serta dalam perang. Pada 1915, Italia membelot ke Triple Entente dan meninggalkan Triple Alliance karena dijanjikan mendapat wilayah Dalmatia yang saat itu diduduki oleh Austro-Hongaria.
Setelah itu, Turki Usmani memutuskan untuk bergabung bersama Triple Alliance karena merasa mempunyai musuh yang sama, yaitu Kekaisaran Rusia. Dengan demikian, Perang Dunia I melibatkan dua kubu aliansi, yaitu Triple Alliance yang dimotori oleh Jerman, Austro-Hongaria, Turki Usmani, dan Bulgaria, melawan Triple Entente yang dimotori oleh Britania Raya, Kekaisaran Rusia, Prancis, Italia, dan beberapa negara lainnya.
Perang ini akhirnya meluas hingga melibatkan Amerika Serikat. Amerika mengecam tragedi tenggelamnya Kapal Lusitania pada 1915 yang di dalamnya terdapat warga negaranya. Kapal tersebut ternyata tenggelam akibat ulah serangan Jerman.
Amerika akhirnya ikut turun ke peperangan dengan merapat ke Triple Entente. Kekaisaran Rusia ternyata memilih menarik diri di tengah peperangan, tepatnya pada 1917. Penarikan diri ini disebabkan oleh situasi negaranya yang tidak kondusif.
Pada 1918, muncul Perjanjian Brest-Litovsk yang isinya menyatakan bahwa Kekaisaran Rusia lepas tangan dari Perang Dunia I. Selanjutnya, terjadi “Serangan Seratus Hari” pada 1918 yang diluncurkan kubu Triple Entente. Garis pertahanan Jerman di Front Barat mendapatkan serangan hebat.
Jerman pun akhirnya menyerah. Pernyataan kekalahan itu akhirnya diikuti oleh negara-negara lain yang tergabung di Triple Alliance. Bulgaria, Turki Usmani, dan Austro-Hongaria secara bergiliran akhirnya mengibarkan bendera putih. Perang Dunia I pun resmi berhenti pada 11 November 1918.